Masyarakat mujahid, yang menghadapi tentangan persoalan permikiran dan  berada di titik peralihan peradaban, yang ingin membangunkan masa  depannya di atas posisi yang kukuh, yang berusaha menjamin generasi  mudanya dengan kesejahteraan dan kedamaian hidup, yang tengah menuntut  kembalinya kebenaran yang terampas dan harga diri yang tercarik,  menginginkan bangunan yang lain dari sekadar bangunan sosial ini.
Ia  sangat menginginkan tegaknya bangunan jiwa, bangunan akhlak, dan  bangunan peribadi generasi muda dengan tarbiyahan jiwa yang benar untuk  dapat mengatasi berbagai tentangan hidup di masa depan.
Generasi  muda adalah rahsia kehidupan umat dan sumber mata air kebangkitannya.  Sesungguhnya sejarah umat adalah sejarah para tokoh yang dilahirkannya,  yang memiliki keinginan dan hasrat yang membara serta Kuat lemahnya  umat, sesungguhnya diukur dari sejauhmana kemampuan ‘rahim’ umat itu  untuk melahirkan tokoh-tokoh yang memenuhi syarat sebagai mujadid. Saya  berkeyakinan dan sejarah membuktikannya bahwa seorang mujadid (saja)  dapat membangun umat jika ia memiliki peribadi kepahlawanan yang  sebenar. Sebaliknya, ia mampu menghancurkan umat jika keadaan menuntut  ia harus melakukannya.
Sesungguhnya kehidupan umat itu bergerak  melalui berbagai tapisan sebagaimana tahap-tahap kehidupan yang dilalui  oleh seseorang. Ada seseorang yang tumbuh berkembang dalam asuhan orang  tua yang dipenuhi kemewahan, sehingga ia tidak pernah disibukkan oleh  berbagai persoalan hidup. Sementara yang lain tumbuh dalam situasi yang  sulit, kedua orang tuanya miskin dan lemah, sehingga ia tidak memiliki  harapan akan munculnya sinar fajar kehidupan di masa depan. Ia banyak  berhadapan dengan tuntutan hidup yang pelik yang datang dari segenap  penjuru. Mahasuci Allah yang telah membagikan dan menuntukan nasib serta  menciptakan ragam suasana hidup, kepada umat manusia.
Boleh jadi  ada situasi di mana kita hidup dalam generasi yang tumbuh di tengah  berbagai bangsa yang saling bertikai dan menimpakan bencana pada  sesamanya, dimana muncul slogan, “Siapa yang kuat, dialah yang menang”.
Ada  pula situasi di mana kita berhadapan dengan masa peralihan peradaban  yang dahsyat, di mana berbagai gelombang pemikiran dan berbagai arus  kepentingan mencungkirbalikkan umat manusia, baik sebagai peribadi,  masyarakat, organisasi-organisasi pemerintahan, dan lainnya. Akal  fikiran menjadi kacau bilau, jiwa pun bergoncang meradang, dan orang  yang berakhidah bersih pun kebingungan berhadapan dengan gelombang  dahsyat peradabannya. Ia meraba-raba untuk mencari jalan keluar,  sementara wajah-wajah kebenaran timbul tenggelam dan cahayanya pun  meredup, bahkan nyaris tak bersinar. Sementara itu di setiap hujung  jalan berdiri para jiwa kesesatan yang menyeru manusia menuju kegelapan  malam yang pekat, likat dan berkilat. Keadaan yang demikian itu membuat  kami tidak menemukan lagi kata-kata untuk menggambarkannya secara lebih  tepat selain dari “kacau”.
Demikian pula, ada saatnya di mana  kita harus menghadapi semua ini dan berjuang untuk menyelamatkan umat  dan generasi muda dari mara bahaya yang mengepung dari seluruh penjuru.
Sesungguhnya  umat yang ditutupi oleh situasi sebagaimana yang ada sekarang ini, yang  hendak bangkit untuk suatu kepentingan sebagaimana kepentingan kami,  yang menghadapi berbagai tantangan sebagaimana yang kami hadapi, tidak  patut bersantai ria dan berkhayal belaka. Sebaliknya, ia harus  menyiapkan dirinya untuk memikul beban perjuangan berat di perjalanan  yang panjang, untuk menghadapi pertempuran antara hak dan batil, antara  maslahat dan mafsadat, antara pemilik kebenaran dan perampasnya, antara  peniti jalan yang lurus dan pengacaunya, antara para daie yang tulus di  satu sisi dari daie palsu di sisi lainnya. Ia harus memahami bahawa kata  “perjuangan” itu adalah sama dengan kata “lelah” dan “sulit”.  Sebaliknya, kata “suka” tidak pernah sekalipun berdampingan dengan kata  “jihad”.
Bagi umat, yang tidak ada bekal yang dapat digunakan  untuk menghadapi situasi yang buas ini kecuali hati yang sarat iman,  hasrat yang kuat dan kemahuan yang keras, sikap murah hati dan kesediaan  berkorban, serta kesiapan terjun ke medan juang pada waktunya bukan  selalu memikirkan serta beralasan jika di beri tugasan. Tanpa ini semua,  umat akan hancur, perjuangan sentiasa menuai kegagalan, dan nasib tak  menentu bakal menimpa generasinya.
Meskipun situasi yang kami  hadapi demikian pelik dan berat, sebagaimana Anda ketahui, namun jiwa  kami tetaplah jiwa yang lembut, sensitif, dan tenang. Demikian lembut  dan sensitifnya, sehingga jika kedua pipi ini diterpa hembusan angin  sepoi, cukup membuatkannya terluka, dan jika hujung jari ini disentuh  hujung kain sutera, cukup menjadikannya berdarah. Sedangkan para pemuda  dan pemudi kami, sebagai harapan masa depan dan gantungan cita-cita,  tetaplah sebagai generasi, yang nasib baik mereka merupakan kebanggaan  dan harga diri yang harus diperjuangkan. Meskipun untuk itu kami harus  mengorbankan masa, wang ringgit, tenaga mahupun jiwa hanyalah kerana  perjuangan untuk meletakkan kebenaran di tempatnya serta menegakkan  Kalimah LAILLAHHAILLALLAH.
Kehidupan kita hari ini sungguh  memerlukan pengubatan yang serius dan penyembuhan yang total. Kita  memerlukan pencairan bagi perasaan yang telah keras membeku, kita  memerlukan pembaikan bagi akhlak yang telah rosak binasa dan kita juga  memerlukan penyedaran atas penyakit bakhil yang telah demikian berlumut.  Cita-cita besar yang bermain di akal fikiran para daie ialah  pembaharuan kearah lebih baik dan menuntut kita untuk segera  memperbaharui minda dan membangunan jiwa kembali dengan membentuk  bangunan yang bukan sekadar sebagaimana yang pernah kita miliki, yang  telah lapuk dimakan usia dan telah lenyap ditelan berbagai tragedi.  Tanpa proses ulang pembaharuan minda dan pembangunan jiwa ini kita tidak  mungkin melangkah ke depan walaupun hanya satu langkah.
Jika  kamu mengetahui semua ini dan sentiasa sepakat dalam memahami bahwa  perjuangan ini adalah perjuangan yang lebih baik dan lebih detail untuk  menimbang kadar kebangkitan mahasiswa khususnya maka ketahuilah bahwa  tujuan pertama yang digariskan oleh GAMIS adalah menerajui gerakan  mahasiswa Islam berteraskan syariat kearah melahirkan masyarakat  berintegriti.
Saya berharap bahawa para pembaca dapat menilai  dengan adil, kemudian memberi dokongan kepada mereka yang siap  mempersembahkan segalanya di jalan Allah dan dakwah, serta bergabung  dengan mereka untuk memberikan sahamnya lebih banyak dalam menghadapi  kebangkitan yang wajar ini, yang pekerjanya setiap hari menuai  kemenangan. Jika tidak ada kemenangan pada hari ini, tapi ingatlah  kemenangan itu pasti datang kepada generasi berikutnya, berkat kegigihan  perjuangannya, insya Allah.
‘Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu,  maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan menilai  pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang  Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu  apa yang telah kamu kerjakan.’” (At-Taubah: 105)
Dicatat oleh
hafizi al-hafiz
ulasan (1)